Sejak awal, semuanya
sudah salah
Kau yang mengawali
semuanya, dan menganggap itu semua hanya permainan
Aku yang bodoh . bodoh
sekali .
Terlalu mudah
menganggap bahwa kau benar-benar tulus
Dan ketika itu, aku
memutuskan untuk melepasmu tanpa alasan
Lalu kau hilang bak
ditelan bumi
Tak ada kabar, dan aku
tak tahu kau ada dimana
Sepertinya kau memang
ingin jauh dariku
Aku yang terlalu bodoh,
setia menunggumu disini
Terlalu menanggapi
serius setiap kata-kata yang terlontar dari mulut kecilmu itu
Dan sekarang, kau
tiba-tiba datang
Mengucapkan rindu dan
sayang dalam waktu yang terlalu cepat
Dan itu . . . itu yang
membuatku tak yakin dengan hatimu
Dulu, kau bilang
kepadaku “ikhlaskanlah aku, ikhlaskan aku seperti aku mengikhlaskanmu”
Dulu, bagiku itu
terlalu sulit. Karena pada nyatanya aku terlanjur menaruh sebagian hatiku
kepadamu
Hari pun berganti,
sudah berapa hari kita tidak bertemu? Kita tidak saling menyapa?
Aku mencoba
mempertahankan ini semua. Mempertahankan perasaanku ini.
Karena aku yakin, kau
akan kembali. Kembali disampingku lagi. Memberiku semangat lagi.
Tapi nyatanya, setelah
kau kembali. Rasa yang selama ini kupertahankan ternyata . . . . pudar
Semuanya terasa hambar,
tapi aku masih menyayangimu
Semuanya seperti mimpi,
kau datang tiba-tiba dan mengatakan kau menyayangiku.
Bukankah aneh? Aku
seperti dipermainkan olehmu.
Kau datang, bertanya
tentang perasaanku. Lalu pergi.
Kau datang, bertanya
tentang perasaanku. Lalu pergi lagi.
Seperti itukah dirimu
sekarang? Aku tidak mengenal dirimu. Kau terlalu abu-abu sekarang.
Dan aku mencoba
meyakinkan, apa benar kau menyayangiku?
Tapi nyatanya, kau
tidak bisa menjawab. Kau memutar semua pertanyaanku.
Dan bukankah itu
berarti kau belum yakin tentang perasaanmu terhadapku?
Dan sekarang, aku yang
salah. aku yang salah terlalu menekanmu.
Memaksamu untuk
menjawab pertanyaanku. Egois. Apa aku memang egois?
Dan sekarang, kau
memilih untuk pergi lagi. Pergi tanpa pesan. Pergi tanpa berpamitan.
Maaf, jika memang aku
terlalu egois.
Maaf, karena aku
memaksamu beberapa hari yang lalu.
Maaf, karena aku tak
bisa yakin dengan kata-katamu.
Maaf, karena aku belum
bisa yakin dengan perasaanmu.
Terlalu banyak kata
maaf yang ingin kuucapkan kepadamu.
Bisakah kau kembali?
Walau hati ini tak seperti dulu lagi. Walaupun semuanya sudah hambar. Bisakah?
Bisakah kita mengulang
dari awal. Walaupun tidak bisa bersama seperti dulu.
Tidak masalah bagiku
jika kita hanya bisa . . . berteman.
Bagiku, itupun sudah
cukup.
Dan terakhir, maafkan
aku. Maaf jika kata-kataku menyakitimu.
Semoga kau selalu
dilindungi oleh-Nya. Dan semoga kau . . . . . . bahagia J
Tidak ada komentar:
Posting Komentar