Jumat, 26 Juni 2015

Untitled

Sejak awal, semuanya sudah salah
Kau yang mengawali semuanya, dan menganggap itu semua hanya permainan
Aku yang bodoh . bodoh sekali .
Terlalu mudah menganggap bahwa kau benar-benar tulus
Dan ketika itu, aku memutuskan untuk melepasmu tanpa alasan
Lalu kau hilang bak ditelan bumi
Tak ada kabar, dan aku tak tahu kau ada dimana
Sepertinya kau memang ingin jauh dariku
Aku yang terlalu bodoh, setia menunggumu disini
Terlalu menanggapi serius setiap kata-kata yang terlontar dari mulut kecilmu itu
Dan sekarang, kau tiba-tiba datang
Mengucapkan rindu dan sayang dalam waktu yang terlalu cepat
Dan itu . . . itu yang membuatku tak yakin dengan hatimu
Dulu, kau bilang kepadaku “ikhlaskanlah aku, ikhlaskan aku seperti aku mengikhlaskanmu”
Dulu, bagiku itu terlalu sulit. Karena pada nyatanya aku terlanjur menaruh sebagian hatiku kepadamu
Hari pun berganti, sudah berapa hari kita tidak bertemu? Kita tidak saling menyapa?
Aku mencoba mempertahankan ini semua. Mempertahankan perasaanku ini.
Karena aku yakin, kau akan kembali. Kembali disampingku lagi. Memberiku semangat lagi.
Tapi nyatanya, setelah kau kembali. Rasa yang selama ini kupertahankan ternyata . . . . pudar
Semuanya terasa hambar, tapi aku masih menyayangimu
Semuanya seperti mimpi, kau datang tiba-tiba dan mengatakan kau menyayangiku.
Bukankah aneh? Aku seperti dipermainkan olehmu.
Kau datang, bertanya tentang perasaanku. Lalu pergi.
Kau datang, bertanya tentang perasaanku. Lalu pergi lagi.
Seperti itukah dirimu sekarang? Aku tidak mengenal dirimu. Kau terlalu abu-abu sekarang.
Dan aku mencoba meyakinkan, apa benar kau menyayangiku?
Tapi nyatanya, kau tidak bisa menjawab. Kau memutar semua pertanyaanku.
Dan bukankah itu berarti kau belum yakin tentang perasaanmu terhadapku?
Dan sekarang, aku yang salah. aku yang salah terlalu menekanmu.
Memaksamu untuk menjawab pertanyaanku. Egois. Apa aku memang egois?
Dan sekarang, kau memilih untuk pergi lagi. Pergi tanpa pesan. Pergi tanpa berpamitan.
Maaf, jika memang aku terlalu egois.
Maaf, karena aku memaksamu beberapa hari yang lalu.
Maaf, karena aku tak bisa yakin dengan kata-katamu.
Maaf, karena aku belum bisa yakin dengan perasaanmu.
Terlalu banyak kata maaf yang ingin kuucapkan kepadamu.
Bisakah kau kembali? Walau hati ini tak seperti dulu lagi. Walaupun semuanya sudah hambar. Bisakah?
Bisakah kita mengulang dari awal. Walaupun tidak bisa bersama seperti dulu.
Tidak masalah bagiku jika kita hanya bisa . . . berteman.
Bagiku, itupun sudah cukup.
Dan terakhir, maafkan aku. Maaf jika kata-kataku menyakitimu.

Semoga kau selalu dilindungi oleh-Nya. Dan semoga kau . . . . . . bahagia J

Tidak ada komentar:

Posting Komentar